Kamis, 29 September 2016

TATA TERTIB MENULIS RAJAH

MENULIS RAJAH
Kaidah:

1.     Bersuci baik badan, pakaian maupun tempat (bersih). Untuk mensucikan badan dengan cara mandi keramas (jinabat) dengan niat untuk menghilangkan hadast besar dan lakukan wudhu untuk membersihkan hadast kecil.
2.    Selama proses pembuatan ajimat tidak diperbolehkan bicara (diam/khusyuk) kecuali ada doa khusus yang harus dibaca.
3.    Nafas harus cepat keluar lewat lubang hidung sebelah kanan atau bisa dengan tahan nafas.
4.    Sebisa mungkin lafal Rajah ditulis secara benar (sesuai aslinya) dan rapi. Bila huruf tersebut berlubang maka harus ditulis berlubang. Mengikuti kaidah penulisan Rajah.
5.    Memakai wewangian. Biasanya memakai zakfaron, misik, air mawar untuk campuran tintanya. Namun ini bukan syarat  mutlak, karena memang ada beberapa jenis Rajah yang mensyaratkan memakainya tapi ada juga jenis rajah yang tidak perlu memakai campuran minyak wangi.
6.    Pena yang digunakan adalah bisa pena biasa (bolpoint), spidol, atau pena yang dibelah ujungnya (seperti gambar dibawah ini). Disesuaikan dengan jenis Rajahnya.
7.    Gambar. Bentuk Pena belah ujung

Pemilihan Waktu Terbaik:

1.     Keselamatan, pagar ghaib, perlindungan, hari yang baik adalah malam Jumat (Kliwon).
2.    Kerejekian, pelarisan usaha dan sejenisnya, dibuat pada hari Kamis (Legi).
3.    Pengasihan dan kasih sayang, dibuat pada hari Kamis atau Selasa (Kliwon).
4.    Nglowong dimulai hari Sabtu Kliwon.
5.    Patigeni dimulai hari Selasa Kliwon
6.    Untuk terapi penyembuhan (direndam dalam air) bisa ditulis kapan saja saat membutuhkannya.

Arah Pandangan

Yang terbaik adalah menghadap kiblat. Namun tidak mutlak selalu demikian, disesuaikan dengan jenis rajah dan kondisinya.

DOA-DOA

Sebelum melakukan penulisan rajah diawali membaca doa ini 3 x: “BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM. QUL UHIYA ILAY’YA ANAHUSTAMA’A NAFARUN MINAL JINNI WA BIHAQQI KAF HAA YAA AIIN SHOOD WA BIHAQQI HAA MIIM AIINSIIN QOOF”

Kemudian dilanjutkan dengan melakukan meditasi sejenak (menjalin energi ghaib) setelah itu baru dilakukan penulisan.



Selesai ditulis kemudian dillipat dan dibungkus dengan kain lapis 7, agar tidak mudah rusak dan kotor apabila dibawa-bawa.

Saat akan melipat atau membungkus Rajah bacalah :
1.     Surat Al fatihah (1x)
2.    INNAA FATAHNAA LAKA FAT’HAM MUBIINAA  (3x) (Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata)
3.    NASRUN MINALLAHI WA FAT’HUN QORIBUN, WA BAS’SYIRIL MU’MINIIN (3x) (Pertolongan dari Allah dan kemengan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman)
4.    ALLOHUMA SHOLI ALA SAYIDINA MUHAMMADIN (3x) (Ya Allah, limpahkanlah rahmatmu kepada junjungan kami Muhammad)
5.    ASTAGFIRULLAH HAL ‘ADHIM (3x) (Artinya: Aku memohan ampun kepada Allah Yang Maha Agung)
6.    LAA ILLAAHA ILLAALLAH (3x)  (Artinya: Tidak ada Tuhan selain Allah)
7.    INNA TAQORRUBAN ILALLOHIL ALIYYIL ADHIM (3x) (Artinya: Bahwasanya ini merupakan taqorrub kepada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)

Ketika azimat tidak lagi diperlukan, jangan membuangnya, tapi musnahkanlah dengan cara dibakar sampai jadi abu. Karena bila dibuang ditempat sampah, hal tersebut dianggap merendahkan asma suciNYA. Tidak selayaknya lafal asma suciNYA terbuang ditempat kotor.


Rajah hanya sekedar sarana, daya dan kekuatan tetap dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Mulai dari sini kita akan semakin menyadari, bukan hanya sekedar tahu, salah satu keagungan dari asma suciNYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar